Kamis, 01 Januari 2015

Kumbakarna Gugur

Profil dan Gugurnya Ksatria Kumbakarna
Arya Kumbakarna adalah putra kedua Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali, raja negara Alengka. Ia mempunyai tiga orang saudara kandung bernama; Dasamuka/Rahwana, Dewi Sarpakenaka dan Arya Wibisana. Kumbakarna juga mempunyai saudara lain ibu bernama Wisrawana/Prabu Danaraja raja negara Lokapala, putra Resi Wisrawa dengan Dewi Lokawati.
Kumbakarna mempunyai tempat kedudukan di kesatrian negara Leburgangsa. Ia berwatak jujur, berani karena benar dan bersifat satria. Pada waktu mudanya ia pergi bertapa dengan maksud agar dapat anugerah Dewa berupa kejujuran dan kesaktian. Kumbakarna pernah ikut serta Prabu Dasamuka menyerang Suralaya, dan memperoleh Dewi Aswani sebagai istrinya. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra bernama; Kumba-kumba dan Aswanikumba.
Pada waktu pecah perang besar Alengka, negara Alengka diserang balatentara kera Prabu Rama, dibawah panglima perangnya Narpati Sugriwa untuk membebaskan Dewi Sinta yang disekap Prabu Dasamuka, Kumbakana maju sebagai senapati perang. Ia berperang bukan membela keangkaramurkaan Prabu Dasamuka tetapi membela negara Alengka, tanah leluhurnya yang telah memberinya hidup.
Kumbakarna akhirnya gugur dalam pertempuran melawan Prabu Rama dan Laksmana. Tubuhnya terpotong-potong menjadi beberapa bagian oleh hantaman senjata panah yang dilepas secara bersamaan. Apa yang terjadi pada diri Kumbakarna merupakan karma perbuatan Resi Wisrawa, ayahnya tatkala membunuh Jambumangli.
Dalam wiracarita Ramayana, Kumbakarna (Sansekerta: Kumbhakarna) adalah saudara kandung Rahwana, raja rakshasa dari Alengka. Kumbakarna merupakan seorang rakshasa yang sangat tinggi dan berwajah mengerikan, tetapi bersifat perwira dan sering menyadarkan perbuatan kakaknya yang salah. Ia memiliki suatu kelemahan, yaitu tidur selama enam bulan, dan selama ia menjalani masa tidur, ia tidak mampu mengerahkan seluruh kekuatannya.
Dalam bahasa Sansekerta, secara harafiah nama Kumbhakarna berarti “bertelinga kendi”.
Ayah Kumbakarna adalah seorang resi bernama Wisrawa, dan ibunya adalah Kekasi, puteri seorang Raja Detya bernama Sumali. Rahwana, Wibisana dan Surpanaka adalah saudara kandungnya, sementara Kubera, Kara, Dusana, Kumbini, adalah saudara tirinya. Marica adalah pamannya, putera Tataka, saudara Sumali. Kumbakarna memiliki putera bernama Kumba dan Nikumba. Kedua puteranya itu gugur dalam pertempuran di Alengka. Kumba menemui ajalnya di tangan Sugriwa, sedangkan Nikumba gugur di tangan Hanoman.
Saat Rahwana dan Kumbakrana mengadakan tapa, Dewa Brahma muncul karena berkenan dengan pemujaan yang mereka lakukan. Brahma memberi kesempatan bagi mereka untuk mengajukan permohonan. Saat tiba giliran Kumbakarna untuk mengajukan permohonan, Dewi Saraswati masuk ke dalam mulutnya untuk membengkokkan lidahnya, maka saat ia memohon “Indraasan” (Indrāsan – tahta Dewa Indra), ia mengucapkan “Neendrasan” (Nīndrasan – tidur abadi). Brahma mengabulkan permohonannya. Karena merasa sayang terhadap adiknya, Rahwana meminta Brahma agar membatalkan anugerah tersebut. Brahma tidak berkenan untuk membatalkan anugrahnya, namun ia meringankan anugrah tersebut agar Kumbakarna tidur selama enam bulan dan bangun selama enam bulan. Pada saat ia menjalani masa tidur, ia tidak akan mampu mengerahkan seluruh kekuatannya.
Kumbakarna sering memberikan nasihat kepada Rahwana, menyadarkan bahwa tindakanya keliru. Ketika Rahwana kewalahan menghadapi Sri Rama, maka ia menyuruh Kumbakarna menghadapinya. Kumbakarna sebenarnya tahu bahwa kakaknya salah, tetapi demi membela Alengka tanah tumpah darahnya dia pun maju sebagai prajurit melawan serbuan Rama. Kumbakarna sering dilambangkan sebagai perwira pembela tanah tumpah darahnya, karena ia membela Alengka untuk segala kaumnya, bukan untuk Rahwana saja, dan ia berperang melawan Rama tanpa rasa permusuhan, hanya semata-mata menjalankan kewajiban.
Saat Kerajaan Alengka diserbu oleh Rama dan sekutunya, Rahwana memerintahkan pasukannya untuk membangunkan Kumbakarna yang sedang tertidur. Utusan Rahwana membangunkan Kumbakarna dengan menggiring gajah agar menginjak-injak badannya serta menusuk badannya dengan tombak, kemudian saat mata Kumbakarna mulai terbuka, utusannya segera mendekatkan makanan ke hidung Kumbakarna. Setelah menyantap makanan yang dihidangkan, Kumbakarna benar-benar terbangun dari tidurnya.
Setelah bangun, Kumbakarna menghadap Rahwana. Ia mencoba menasihati Rahwana agar mengembalikan Sita dan menjelaskan bahwa tindakan yang dilakukan kakaknya itu adalah salah. Rahwana sedih mendengar nasihat tersebut sehingga membuat Kumbakarna tersentuh. Tanpa sikap bermusuhan dengan Rama, Kumbakarna maju ke medan perang untuk menunaikan kewajiban sebagai pembela negara. Sebelum bertarung Kumbakarna berbincang-bincang dengan Wibisana, adiknya, setelah itu ia berperang dengan pasukan wanara.
https://plus.google.com/101835819632365424561

Dalam peperangan, Kumbakarna banyak membunuh pasukan wanara dan banyak melukai prajurit pilihan seperti Anggada, Sugriwa, Hanoman, Nila, dan lain-lain. Dengan panah saktinya, Rama memutuskan kedua tangan Kumbakarna. Namun dengan kakinya, Kumbakarna masih bisa menginjak-injak pasukan wanara. Kemudian Rama memotong kedua kaki Kumbakarna dengan panahnya. Tanpa tangan dan kaki, Kumbakarna mengguling-gulingkan badannya dan melindas pasukan wanara. Melihat keperkasaan Kumbakarna, Rama merasa terkesan dan kagum. Namun ia tidak ingin Kumbakarna tersiksa terlalu lama. Akhirnya Rama melepaskan panahnya yang terakhir. Panah tersebut memisahkan kepala Kumbakarna dari badannya dan membawanya terbang, lalu jatuh di pusat kota Alengka.

Sumber: Media Wayang Indonesia







Rabu, 31 Desember 2014

Kisah Kesatria Kumbakarna

Keluhuran Kumbakarna

Kumbakarna adalah seorang ksatria bangsa Raksasa yang hidup di jaman kejayaan Prabu Sri Rama dari kerajaan Ayodya. Ayah Kumbakarna adalah seorang resi bernama Begawan Wisrawa, sedang ibunya adalah Dewi Sukesi, putri seorang raja bernama Prabu Sumali. Kumbakarna adalah juga adik penguasa negeri Alengka, bernama Prabu Rahwana.
Kumbakarna adalah seorang patriot. Suatu ketika dia pernah berjasa kepada bangsa Dewa, sehingga dia diberi kebebasan untuk menentukan pilihan hadiah apa yang diinginkan dari bangsa Dewa. Adalah Batara Brahma dan Batari Saraswati yang diutus Hyang Guru untuk menemui Kumbakarna menanyakan apa yang diminta. Diyakini bahwa Kumbakarna sedianya akan meminta ‘Indrasan’, ungkapan dalam bahasa Sansekerta yang berarti sebuah keistimewaan untuk menjalani hidup mewah di negeri kahyangan Kaendran, milik Batara Indra, seperti yang terjadi pada Arjuna beberapa ratus warsa kemudian. https://goo.gl/maps/LjrZAsMYwkM2

Tapi Kumbakarna menjadi salah tingkah dihadapan Dewi Saraswati, lidahnya kelu dan salah mengucap ‘Nendrasan’, yang berarti tidur panjang. Maka Kumbakarna pun mengalami tidur panjang. Ketika negeri Alengka kemudian diserang oleh negri Ayodya dibantu oleh pasukan bangsa Kera, Rahwana kemudian memerintahkan prajuritnya agar segera membangunkan Kumbakarna. Dibutuhkan sekelompok gajah untuk menginjak-injak tubuh Kumbakarna agar membuka matanya dari tidur panjang. Dan perlu disediakan sekeranjang makanan kegemarannya sehingga membuatnya benar-benar terbangun.
Pertama kali yang dilakukan Kumbakarna ketika terbangun adalah bicara dengan kakaknya, agar mengembalikan Shinta. Tapi Rahwana juga memiliki dalih kuat yang justru ingin melindungi Shinta yang dianggapnya telah diperalat. Apalagi saat itu pasukan Ayodya sudah hampir menuju pantai negeri Alengka. Maka Kumbakarna pun memimpin pasukan Alengka di garis depan, bukan dalam rangka membela kakaknya, tapi lebih kepada membela negerinya yang sedang menghadapi penjajah. Kumbakarna pun melawan Sri Rama tidak dengan rasa benci, yang dia lakukan hanya dalam rangka melindungi tumpah darahnya. Semua ksatria Ayodya yang terluka atau mati di tangan Kumbakarna, dia perlakukan dengan hormat dan menjunjung tinggi sikap ksatria sebagai sesama patriot.
Panah Sri Rama memutuskan kedua tangan Kumbakarna. Tapi itu tak menghentikannya. Kumbakarna tetap menggempur dengan kakinya. Sampai panah Sri Rama memutuskan kedua kaki itu. Kumbakarna tetap tidak berhenti, tanpa tangan dan kaki dia menggelindingkan badan kesana kemari menggempur prajurit Ayodya. Panah Sri Rama terakhir menigas leher Kumbakarna.

Dihari kematian Kumbakarna pun, Sri Rama mengibarkan gencatan senjata, sebagai hormatnya kepada Kumbakarna atas keberanian, dan semangat bertempur sebagai seorang pejuang, yang baru kali itu Sri Rama melihat seorang patriot seperti Kumbakarna.

Sumber: Media Wayang Indonesia

https://plus.google.com/+AlFudholaBlokF

Rabu, 05 Februari 2014

Punokawan Abdi Setia

Wayang Punokawan,
Lambang kesederhanaan serta ketulusan dalam pengabdiannya.

Tokoh Punakawan Wayang Kulit

Punakawan atau Panakawan artinya "abdi setia". Para tokoh punakawan mempunyai peran sebagai abdi atau pembantu tokoh-tokoh utama pewayangan. Tokoh punakawan ini dalam cerita asli Ramayana maupun Mahabarata (versi India maupun Srilanka) tidak dikenal. Cerita yang berkaitan dengan tokoh-tokoh ini merupakan hasil kreatifitas para pujangga dan dalang Indonesia. Oleh karena itu, sifat dan perilaku para tokoh punakawan ini pun sangat mencerminkan budaya Indonesia.
Tokoh punakawan
Versi wayang kulit Jawa Tengah dan Jawa Timur : Semar Badranaya, Petruk, Gareng, dan Bagong. Untuk beberapa daerah lain, ada sedikit perbedaan. Misalnya di wayang golek Sunda, tidak dikenal Bagong dan Petruk, melainkan Cepot dan Dawala (Dewala). Petruk dalam wayang kulit Jawa Tengah adalah Dewala dalam Wayang Golek Sunda
Sedangkan Cepot, sebagai pengganti Bagong, memiliki ciri fisik yang sedikit berbeda. Selain itu, kalau Bagong adalah anak bungsu Semar, Cepot merupakan anak sulung Semar dalam cerita wayang golek Jawa Barat. Di daerah Cirebon, tokoh Bagong dikenal dengan nama Lamsijan. Di daerah Banyumas, dikenal dengan nama Bawor.
Meskipun di beberapa daerah memiliki nama dan ciri fisik yang agak berbeda, namun cerita tokoh punakawan pada dasarnya sama, yaitu mempunyai peran sebagai abdi/pelayan tokoh utama. Tokoh punakawan juga menggambarkan sebagai rakyat jelata diantara para kesatria dan raja-raja. Selain itu, penampilan tokoh punakawan juga mempunyai fungsi untuk menghibur dan menjadi penghubung komunikasi antara dalang dan penonton.
 












Kamis, 31 Oktober 2013

Katresnan

Katresnan Ukoro Jowo

Katresnan

Katresnan iku geguritaning urip sejati
Pepadange sakjroning pepeteng
Biso digawe nanging ora biso digawe-gawe
Katresnan iku kasunyatan ngedohi tumindak dudu
Kayadene: drengki, srei, dahwen lan pati open
Katresnan iku larang regane ora biso dituku
Lan ditiru sarana bandha donya lan raja brana
liyane, jalaran toh-tohane Nyawa
Katresnan iku dalan kang tumuju marang bebener
kebak deneng rasa lan pepadhang
lila lan legawa lair tumusing bathin
kaya dene gegodhongan kang gogrok saka uwit
ora ngarep-arep bakal baline
melu ngrasakake panandhanging liyan
Katresnan iku ora mbedak-bedakakeh
Cendhek duwuring pangkat
Asor Luhuring Drajat
Lan gegebengane urip kang rinasuk
ananing mung welas lan asih
suka pitulung marang sapa bae
Katresnan iku prayata umur tuwa, dudu umur dawa
urip tanpo cacar ing ngarsane Pangeran
Sing nguasai pati lan urip...